: apakah kita pernah berkenalan ? :
Menyusuri lembar itu dalam titik dan koma
Antara rautan kata – kata yang dijengkal spasi setiap incinya
Berakhir urutan itu dengan tanda tanya
Memilukan bingung yang sibuk mengubur nyala lampu
Lagu itu menghambur saja tanpa permisi
Naiki tangga, loncati batu kali...
Maaf...
Lagu itu memang penuh dosa tiap liriknya
Semakna uap yang membangkangi matahari
Tapi batang pena itu hanya hendak berpuisi
Mencatat memoar 6 mm masa kelana
Daripada terbiar mati di lembar terakhir
ditemani jazad sepi...
Kita serupa wajah sumringah si kembara
Di tepi jalan kala itu senja
Membungkus waktu dengan kamera
Mencetaknya, lalu kita pajang di pigura emas dan kaca
Di tepi jalan kala itu hujan
Tempat para nyawa lalu lalang berbagi cerita
Menggambar sketsa satu hari diriuh kotamu
Dan aku ingat satu kata di beranda keraton itu
Tertulis: ”dilarang melupakan !!”
06.14 Clp, 140508
untuk bukansiapasiapa
bahasa ini disusun, sebagai pengingat bagi kedua kaki tentang peta menuju rumah; bentang pemandangan yang akrab kukenal
Tuesday, May 13, 2008
Monday, May 12, 2008
Mengapa harus..
: Sesering apa meminta maaf pada orang yang sama
Sesering apa meminta maaf pada kesalahan yang sama
Sesering apa meminta maaf pada orang yang sama
Dengan kesalahan yang sama :
Mengapa harus sesering itu ??
Mengapa harus sesalah itu ??
Mengapa tidak lebih baik menunggu
Kakimu yang bersepatu
Bersijingkrak menuju waktu
Karena sebentar lagi malam akan kedinginan
Oleh angin yang ditiup tengkuknya sendiri
Jadi inilah dia sodari
Sering saja kita bercanda dengan kegagalan
Kesalahan, kekeliruan, kekecewaan, keabsurdan
Di pembaringan tempat batu pun riak
Tempat jangkrik menyalak
Menghindar dari kodratnya...
:Mengerik
Namun kau masih tetap bukan siapa siapa
Milik semua sodaramu di langit pertama
Kedua, ketiga sampai ketujuh tangga
Sampai tak terhingga
Sayangnya mereka lebih sering berpetak umpet
Dalam dinding kerucut penuh lumut
Mengapa harus sesering itu ?
Mengapa harus sesalah itu ?
Kau memang tercipta bukan siapa siapa
Aku pun bukan apa apa
Lalu mereka bukanlah kumpulan mengapa
Namun kita masih satu makna
Sodari dan sodara
02.29 AM
Clp 130508
untuk bukansiapasiapa
Sesering apa meminta maaf pada kesalahan yang sama
Sesering apa meminta maaf pada orang yang sama
Dengan kesalahan yang sama :
Mengapa harus sesering itu ??
Mengapa harus sesalah itu ??
Mengapa tidak lebih baik menunggu
Kakimu yang bersepatu
Bersijingkrak menuju waktu
Karena sebentar lagi malam akan kedinginan
Oleh angin yang ditiup tengkuknya sendiri
Jadi inilah dia sodari
Sering saja kita bercanda dengan kegagalan
Kesalahan, kekeliruan, kekecewaan, keabsurdan
Di pembaringan tempat batu pun riak
Tempat jangkrik menyalak
Menghindar dari kodratnya...
:Mengerik
Namun kau masih tetap bukan siapa siapa
Milik semua sodaramu di langit pertama
Kedua, ketiga sampai ketujuh tangga
Sampai tak terhingga
Sayangnya mereka lebih sering berpetak umpet
Dalam dinding kerucut penuh lumut
Mengapa harus sesering itu ?
Mengapa harus sesalah itu ?
Kau memang tercipta bukan siapa siapa
Aku pun bukan apa apa
Lalu mereka bukanlah kumpulan mengapa
Namun kita masih satu makna
Sodari dan sodara
02.29 AM
Clp 130508
untuk bukansiapasiapa
Pulang
Duduklah kita disini
Baris ke6 sebelah kanan
Diatas roda 4 yang rapat kita berangkat
Habiskan jarak itu ke 0
Walau bulan menggerutu dibalik kelam kelambu
Tapi malam memang jalan kita pulang
Clp – Smrg 100508
Baris ke6 sebelah kanan
Diatas roda 4 yang rapat kita berangkat
Habiskan jarak itu ke 0
Walau bulan menggerutu dibalik kelam kelambu
Tapi malam memang jalan kita pulang
Clp – Smrg 100508
Friday, May 9, 2008
Rumah
”Apakah itu rumah ??” tanyamu
Ketika kau beku di kamar biru itu
Menghadap almari tua kayu jati
Dengan kaca dengan aku didalamnya...
Dirumah itu ada ibu
Bukan dering nada hape yang bangunkan tidurmu
Dirumah itu ada bapak
Bukan pemutar MP3 yang mendengar keluhmu
Dirumah ada seNja
Bukan guling lapuk yang menemuimu di kasur
Jadi...
”Apakah kamar ini juga rumah ??” tanyamu
Punya Ibu Hape
Punya Bapak Pemutar MP3
Juga punya seNja Guling Lapuk
Bukan...bukan kataku
:kamar ini panas, kamar ini dingin
Sedang rumah itu hangat...
00.26 clp 090508
Ketika kau beku di kamar biru itu
Menghadap almari tua kayu jati
Dengan kaca dengan aku didalamnya...
Dirumah itu ada ibu
Bukan dering nada hape yang bangunkan tidurmu
Dirumah itu ada bapak
Bukan pemutar MP3 yang mendengar keluhmu
Dirumah ada seNja
Bukan guling lapuk yang menemuimu di kasur
Jadi...
”Apakah kamar ini juga rumah ??” tanyamu
Punya Ibu Hape
Punya Bapak Pemutar MP3
Juga punya seNja Guling Lapuk
Bukan...bukan kataku
:kamar ini panas, kamar ini dingin
Sedang rumah itu hangat...
00.26 clp 090508
May Day !!
Berhamburan kami penuhi jalan
Protokol, perempatan lampu merah
Walau hingga tulang kami belang
Hari ini senjata kami berperang
Neo liberalisme
Sendi kami telah lelah oleh kapitalis
Bahkan mereka tak pernah dengar kami menangis
Bangsa ini ibu tiri...
Kami ini anak tiri...
Saat ini kami ditindas konsumerisasi
Pelaku pasar, pemerintah membunuh kami
Kami korban jual beli
Perlahan kami mati
Lalu bagaimana anak – anak kami ??
Walau hingga tulang kami belang
Hari ini senjata kami berperang
Teriak...
Teriakkan lantang
Kami buruh kami pejuang
Berikan kami yang telah kau buang
21.50
Clp 010508 ” Selamat Hari Buruh sedunia !! ”
Protokol, perempatan lampu merah
Walau hingga tulang kami belang
Hari ini senjata kami berperang
Neo liberalisme
Sendi kami telah lelah oleh kapitalis
Bahkan mereka tak pernah dengar kami menangis
Bangsa ini ibu tiri...
Kami ini anak tiri...
Saat ini kami ditindas konsumerisasi
Pelaku pasar, pemerintah membunuh kami
Kami korban jual beli
Perlahan kami mati
Lalu bagaimana anak – anak kami ??
Walau hingga tulang kami belang
Hari ini senjata kami berperang
Teriak...
Teriakkan lantang
Kami buruh kami pejuang
Berikan kami yang telah kau buang
21.50
Clp 010508 ” Selamat Hari Buruh sedunia !! ”
Ringkasan Malam
Lelah masih berjalan mencari lelap
Gelap
Getir
Waktu di ujung akhir
Terpetakan dalam derajat hipotesa para ulama
Menuju nadir
Sepertinya sudah takdir...
Untuk penghamba dunia, ini hanya mula
Atau kembali memulai hajatan seperti biasa
Pesta, rokok, seks, narkoba
Hitam kelam berwarna di lantai dansa
Menyembah – nyembah lampu cahaya
Atau...
Nongkrong di pinggir jalan saja
Cari udara...
Melihat, memilih PSK
Malam
Untuk pengarung malam, ini juga mula
Atau kembali memulai sibuknya hari
Gelap teman mereka bernyanyi
Lagu soal menjemput pagi
Menghindari kejaran mimpi
Menjaga malam tak kunjung sepi
Bagi pecinta kebenaran, ini pun mula
Mengharapkan ridho Tuhan Sang Esa
Fadhilah malam dan ibadah
Sholat, dzikir, tahlil, doa
Penuhi mereka walau hampir lelap
Bekal mati katanya
Malam...
Lalu aku bagaimana ?
Sedang kamu bagaimana ?
Kelelawar atau serigala
Atau mendengkur di balik kasur
Memang malam hanya mula
10.55 PM
300408
Gelap
Getir
Waktu di ujung akhir
Terpetakan dalam derajat hipotesa para ulama
Menuju nadir
Sepertinya sudah takdir...
Untuk penghamba dunia, ini hanya mula
Atau kembali memulai hajatan seperti biasa
Pesta, rokok, seks, narkoba
Hitam kelam berwarna di lantai dansa
Menyembah – nyembah lampu cahaya
Atau...
Nongkrong di pinggir jalan saja
Cari udara...
Melihat, memilih PSK
Malam
Untuk pengarung malam, ini juga mula
Atau kembali memulai sibuknya hari
Gelap teman mereka bernyanyi
Lagu soal menjemput pagi
Menghindari kejaran mimpi
Menjaga malam tak kunjung sepi
Bagi pecinta kebenaran, ini pun mula
Mengharapkan ridho Tuhan Sang Esa
Fadhilah malam dan ibadah
Sholat, dzikir, tahlil, doa
Penuhi mereka walau hampir lelap
Bekal mati katanya
Malam...
Lalu aku bagaimana ?
Sedang kamu bagaimana ?
Kelelawar atau serigala
Atau mendengkur di balik kasur
Memang malam hanya mula
10.55 PM
300408
Hanya Menyanyi
Padahal hanya menyanyi
Satu bait saja
Lalu menangis tiba – tiba saja
Hanyut dalam lagu atau memang seperti baitnya
” Mengapa aku harus tinggal ? ”
10.17 PM
Clp 240308
Satu bait saja
Lalu menangis tiba – tiba saja
Hanyut dalam lagu atau memang seperti baitnya
” Mengapa aku harus tinggal ? ”
10.17 PM
Clp 240308
Subscribe to:
Posts (Atom)