Tuesday, April 28, 2009

mentary

:eya

Engkau baru saja datang sebagai kenangan
Namun sebentar lagi kenangan yang akan melukismu
Tepat pada tinggi titikmu yang sewarna semu
Antara arah angin mata serta sebidang bukit di punggungmu
Ratusan katakata kemudian berjatuhan saja di baris jemari kakikaki pagi
Yang telah renta terbang tertiup dan beterbangan

Yang terlihat dari sebalik dedaun adalah rambutmu
Untaian hitam seluruh ingatan-ingatan tentang malam
Lahir masa depan yang jauh dari dedaun-dedaun ingatan malam
Ingatan juga menciptakan kota di tepi uraian rambutmu
Agar bisa kita singgahi bangku taman sekolah kita yang dulu
Nun kosong setelah engkau berlari membelakangi waktu
Alur siur di balik bukit punggungmu ( adalah waktu )

Alur siur itu membawamu pergi menjelma mentary
Rumah bagi setiap cuaca dan semua pagi yang lewat
Yang jemari kakikakinya masih saja menuliskan masa lalu dan ingat
Celah-celah renta di titik tinggi tepi pagi tertulis :
: Ooh, aku memang tak mau melupakan mentary

kbm,160509
21.39

Monday, April 20, 2009

Monolog

Saya benci mati lampu..
saya benci saat kata-kata sembunyi di kegelapan selasar bawah kasur
Saya benci warna tembok yang biru
warna biru yang selalu bisu, selalu ungu
Saya benci siang hari..
saat mentary datang pergi di sebalik jalan setapak kaki dan kaki
Selasar bawah kasur bukan tempat mengadu kalimat-kalimat atau mantra yang sekedar lewat
Karena itu saya benci..

Saya benci hujan..
menurut awan hujan hanya milik orang-orang aneh
karena awan tidak pernah senang menjadi mendung
Saya benci kopi..
larutan hitam serta manis buatan tangan
lalu 20 kali jampi putaran kearah kiri
getir
melawan waktu
Endapan huruf dan simbol yang tak pernah tercatat memang seharusnya disapu hujan
agar kopi yang saya benci tidak semakin terasa pahit

Saya benci kamar mandi..
benci ritual yang sama setiap pagi
sedang air tak pernah memberi sepotong isyarat pun tentang warna hatinya
apakah dingin atau hangat
Saya benci tidur malam..
tidur tanpa sempat mencatat semua kalimat
lalu bangun pagi bersama ramalan cuaca yang itu-itu saja

Saya benci selain puisi..
selain ruang-ruang sunyi

kbm, 240409

Friday, April 17, 2009

gaib

kami menggalibkan setiap yg gaib
dan memusnahkan apa yang ditelaah maupun yang berada ditengah-tengah

setiap kami bermain di langit-langit matahari,kami selalu bertemu mentary,selalu datang dan pergi
seperti jembalang gaib di langit-langit kepala kami,yang telah kami galibkan jg muncul dan hilangnya