Thursday, September 27, 2012

Kitab Negeri

Kita hanya angka
Huruf - huruf data dalam lembar - lembar buku catatan mereka
Rencana - rencana besar yang selalu nyaris mereka eja dalam ratusan kampanye
Namun sebuah gambar pudar, yang hampir selalu misterius hilang, tenggelam dalam kemenangan. Mengabur seperti kenangan

Di kalimat ke berapa mereka mentasbihkan janji itu ?
Pada halaman ke berapa tertulis cerita - cerita manis itu ?
Sedang pena hitam hanya saksi bisu
Darah kelu kita yang masih saja lengar karena tangis sendu
Maka nikmatilah !
Nikmatilah kolom keberadaan kita saat ini, yang sering teracak di halaman berbeda - beda.
Serta tercampur oleh kepingan - kepingan logam yang mereka kumpulkan dari proyek - proyek elit tanpa asal - usul disana. Rahasia

Sering, kita berharap dapat ditulis dengan tinta merah putih. Sewarna darah dan tulang kita sendiri yang mendidih.
Terbakar terik matahari negeri, yang terlanjur marah kepada penguasa yang lemah.
Terus diam melihat anak - anak kita hitam legam dibawah kolong jalan. Lampu merah
Namun kita telah lupa cara berduka
Sudah terlalu lama
Semenjak warna bendera itu hanya berkibar pada upacara bendera saja
Sebuah merah putih hanya

Kita hanya catatan kaki
Di dalam kitab undang - undang negeri sendiri
Menunggu nasib baik, yang selalu kita percaya dalam sebuah sila
:keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

kbm, 180912

Tuesday, September 18, 2012

Aku Ingin Pulang Bersama Mu

Aku ingin pulang bersamamu saat hujan datang. Lalu akar-akar pohon dibawah kaki kita akan menjadi basah dan lembab. Ceritakanlah padaku, bagaimana kau bermimpi tentang pepohonan dan taman bunga ! Telah lama sepertinya, aku tak pernah merasa bermimpi yang sehidup itu. Karena malam selalu datang tiba-tiba, dan wajah bulan pucat selalu menyergap kereta kuda pembawa dongeng serta mimpi kita. Aku ingin pulang bersamamu saat itu.
*
Jalanan kembali basah dalam hujan. Lembab. Langit menghitam lekat. Sudah sekian bulan berlalu tanpa aku melihat senyum manis mu saat berjalan bersamaku. Hanya jejak sepatu mu yang tersisa, direkam bayangan langkah mu sendiri. Ditemani kabut tipis, cuaca tak bernama yang memanggil manggil nama kita dalam tidurnya.
Aku sendiri berteman bayangan.
Jalanan sepi.
Akar pohon terlelap mimpi.
Aku ingin berjalan pulang bersamamu malam ini.

smg-kbm, 270812