Wednesday, December 28, 2011

Kebencian

Kebencianku padamu bagai lolongan serigala
Lolongan panjang nun parau
Seperti tersedak duri di tenggorokannya
Seperti menelan segumpal ranjau, hingga sengau

Kebencianku padamu tak tertahankan
Namun tak terkatakan
Tak pernah dapat tersampaikan
Walau sudah benar – benar tercerabut seluruh badan

Benci itu – walau berat dan sekarat –,
Benar – benar tak pernah sampai alamat
Harus ku apakan sebongkah benci ini ?
Sebab pagi tak mampu lagi,
Menenggelam – hanyutkan seluruh sampah serapah diri

Kebencianku padamu, kau tau ?
Terasa begitu ngilu
Waktu telah habis,
Mengapa aku tak bisa hanya untuk tertidur ?
Kau tau kan ?
Kita ini satu tubuh satu ruh
Tapi aku benar – benar telah membencimu !

Kbm, 061211

Wednesday, December 14, 2011

Dari Ingar Pasar Itu, Aku Ingin Pergi !

Dingin. Bagai sebuah transaksi,
mataku selalu ingin kubeli sendiri.
Dengan mata uang yang kau kenali.
Nilai tukar yang tak mungkin tertukar lagi.

Seperti hatimu.
Beku.

Dari ingar pasar yang pecah dibalik punggungku,
pagi pecah menjadi beberapa keping recehan.
Malam bising, ribut berkemerincing.
Dan aku sempoyongan saat mencoba
mencari kios yang menjual dan melayani dengan
jujur.
Seperti saudara sekandung sebujur.

Aku tersesat dalam sebuah transaksi.
Begitu kedinginan.

Begitu berisik pasar ini, disibukkan dengan obral
obrolan - obrolan murah.
Dengan rayuan dan tipuan murah.
Dengan matamu yang setiap saat menipu,
atau hatimu yang kau tawarkan, yang asli dan yang
palsu.
Lalu aku segera tahu, bahwa menjadi pembeli
bisa berarti siap merugi !

Dari kedalaman pasar itu aku ingin pergi. Lari !
Dan membeli waktu dengan harga pasti.
Tak seperti senyummu yang dingin pasi.

kbm, 141211

Thursday, December 8, 2011

Angin Dan Layang - Layang

Aku angin dan kau layang – layang
terbangmu berliuk liku di padang ilalang
aku setia menghembusmu dan kau berlarian senang
kadang kau hilang,
kadang tak pulang

Pada suatu sore yang hangat, kau begitu asik terbang
berputar – putar di padang itu, kau riang
tak hirau matahari, atau awan, atau mendung
atau kekicau burung yang terdengar murung

Sore itu aku gelisah
berulang kali berhembus resah
kau terbang begitu jauh
seperti menembus sekumpuluan subuh
lalu aku berlarian mencarimu,
matahari mencarimu,
awan – awan, mendung pula mencarimu
sementara kicau burung memanggil – manggil namamu
kami tak pernah menemu engkau

Aku angin dan kau layang – layang
kau tak pernah tau bagaimana dengan setia aku berhembus
setiup demi setiup
supaya kelak kau kembali pulang
ke padang ilalang

kbm, 061211

Wednesday, December 7, 2011

Rambu - Rambu

Jangan pernah menyeberang, jalan ini begitu ramai !
duduklah saja disitu sambil sesekali boleh juga kau berharap,
bahwa suatu saat nanti jalan ini lengang dan kelak aku akan menyusur menyeberang.

Begitu penuh liku jalanan itu,
penuh kerikil batu.
Betapa lalu lalang serta penuh ilalang !
Oh, bagaimana engkau mampu ?

Hati - hati ! Aku pejalan kaki yang tabah,
dan aku tau bahwa kau selalu hilang arah.
Sebab itu, aku tak terlalu mampu mencintai alamatmu yang sering saja berubah.

Jangan pernah berlari kemari !
Jalanlah pelan perlahan,
ketika kau ternyata tak mengenal rambu - rambu besar yang kupasang dimuka rumahku.
Maka, kau tahu, tanda berhenti itupun selayaknya sudah cukup memberi isyarat yang pasti !

kbm, 071211

Thursday, December 1, 2011

Kalau Aku Boleh Mengingatmu

:mentari apimahabiru

Kalau aku boleh mengingatmu,
aku ingin mengingatmu sebagai mentari
datang dan pergi sepanjang hari
membagi hari menjadi malam dan siang
membagi hati menjadi getir dan sayang

Kalau aku boleh mengingatmu,
aku ingin mengingatmu sebagai api
Mahabiru nyalamu membakar waktu
:ruang yang kau ciptakan dibilik dadaku
merah padam yang tak juga kunjung berhenti

kbm, 011211