Tuesday, October 23, 2018

Cerita Sebelum Tidur

:archie

Mari membayangkan: sebuah perjalanan
kumpulkan perbekalan dan siapkan persenjataan
(walaupun hanya sebilah pisau cukur)
Kau tak gentar bila kita perlu melewati lebat hutan hujan, bukan?
atau ketika kita harus bertemu segerombolan serigala liar
dengan taring dan cakar mereka yang binal
Karena mereka hanya hidup pada malam hari saja
saat mereka terlantunkan pada cerita sebelum tidur mu
Mungkin dapat juga kau panggil kan kancil serta kura-kura
untuk menolong kita menemukan jalan
menyusuri lembah dan hutan

Mari membayangkan: sebuah perhentian
dari sebuah kembara yang jauh
selarik petualangan disebuah awal subuh
Kita tak terlelap sedikitpun,
supaya dapat mengingat seluruh peta dan arah yang telah kita tempuh
Sudah sedemikian panjang jejak kaki kita merengkuh
hening bumi
ingatlah setiap detil dan fragmen dari cerita sebelum tidur mu
Kau tak lupa merekam setiap lelucon yang kita lakukan bersama, bukan?
Sebab, suatu saat aku musti pergi meninggalkanmu
setelah selesai seluruh isi petualangan kita ini
pada sebuah perhentian terakhir dari perjalanan terakhir
nanti

Mari mimpi indah malam ini, nak!

kry, 231018

Saturday, July 28, 2018

Espresso

Dalam suhu yang telah mendidih
dan tak tertahan lagi
Kita tuangkan setakar air
ke dalam setakar malam
     Seketika itu pula kita mulai berpalun
     membelitkan hati yang gerun
     Lalu kita larut dalam subuh yang lain
     mengusir kantuk dalam dingin yang lain

sdj, 280718

Pukul Tujuh Pagi Lebih Lima Ratus Meter

Derap langkah kaki para prajurit
mungkin tak akan berhenti di tepi kota
Bayonet. Laras senapan. Degup jantung.
Klakson mobil. Kokok ayam jantan.
Aspal jalan raya berkertak menanggung
jejak-jejak para pendosa, yang tiba-tiba
berbelok pada pertigaan lima ratus meter
kemudian di depan ujung gang

Tunggu dan hitunglah, wahai pemeram amarah!
Lima menit lagi alarm pada telepon genggamku
akan berdering, berteriak nyaring
Lalu, tepat pada saat itu,
silahkanlah melepaskan tembakan peluru dari senapan mu
ke arah segala penjuru. Kota.
Saat ini tepat pukul tujuh pagi, dan udara telah bercampur
dengan aroma bubuk mesiu
Tumpat padat pada pori-pori gedung-gedung tua
Seperti penjaja kaki lima,
yang barusan saja menggelar dagangan nya
     Maukah engkau memesankan untukku
     secangkir kopi toraja?

Dalam kepulan asap yang tak henti-henti itu,
aku tak dapat membedakan antara;
aroma wangi kopi atau bubuk mesiu?
Mungkin saja di dalam mulutku kini tumbuh
sebuah lidah besi anti peluru
Dan kini aku tengah belajar mencecap
secangkir penuh kalimat palsu
yang mendidih menggelembung menghangatkan pagi
     Namun bagaimana caranya aku dapat
     mematahkan pepatah itu?
     Memang lidah tak bertulang bukan?

Pukul tujuh pagi lebih lima ratus meter
telah berapa lama aku terbangun

sdj, 280718

Wednesday, May 30, 2018

Bermain Hujan

Betapa canggung kita mencoba saling eja
Engkau dengan kalimat-kalimat mu,
sementara aku membawa rindu
Kita berdua berdiri di depan pintu
namun tak jua melangkah masuk
Hanya kedua bibir kita saja yang bertemu
dalam keheningan penuh ajuk

Kemudian kita membaca gerimis yang turun tiba-tiba
sambil berlarian diterpa hujan tanda baca
Kita pun basah kuyup,
sedangkan gemuruh mendung terus bergelayut di puncak punggung kita
Air mengalir pada rumput dan batu-batu
membasahi hening matamu,
serta menggenang di bilik dadaku
Begitu deras hujan turun lekas
aku bersyukur sembab mataku jadi tak terlihat olehmu

Mari, kita main hujan sama-sama!

sdj, 310518

Monday, May 7, 2018

Ladang Luka

Telah disusuri nya luas ladang
licin lumpur pematang
Tak bosan-bosan ia singsingkan
celana panjang. Supaya noda tanah
tak kering di kakinya

Betapa sabar ia menunggu
masa panen dalam terik kemarau
sambil bedoa agar hujan sudi
mampir. Semendung demi semendung
serintik demi serintik
mengirim ricik air, mendenyutkan kehidupan
Berharap benih membesar lekas
diayun tembang tangisan hujan

Ah!
Ladang luka,
perih tumbuh subur disana
dihinggapi haru yang menghijau
Kesedihan tak tertahan yang tertanam
di seluas pelupuk mata
     Ah!
     Pedih hati diketam duka
     benih rasa yang menguning tua
     Samsara sepanjang usia

sdj, 040518

Mengingat

Waktu yang ditentukan hampir tiba
Bulan terbelah jadi dua
kita bolak-balik berlarian
dalam titik dan koma
     Ingatkan aku,
     ayat mana saja yang harus kubaca tiap senja
     Akupun akan setia berpesan kepadamu
     perihal surga dan neraka
     (Nanti nya kita tinggal dimana?)

Ingatkan pula aku,
tentang subuh, dzuhur, ashar, maghrib, isya
sebagai gantinya, akan aku bangunkan engkau
saat malam tinggal tersisa sepertiga
Lalu kita akan bersama-sama mengambil air wudhu
dalam gigil dingin
Hingga dingin itu terserap sampai tulang kita
Dan kita tak lagi peduli,
terhadap dunia yang kita tinggali

Mari kita bersujud
meluruh ke keheningan paling ufuk
melepas lelah kita dari dunia yang sementara
     Mari kita mengingat
     untuk apa kita dicipta sesungguhnya
     bukankah hanya untuk mengibadahi-Nya saja, bukan?

sdj, 010518

Friday, May 4, 2018

Waktu

Derak decit jam dinding membisikan waktu
lengan nya yang kurus terayun lurus terus
tak nampak hendak berhenti melaju
barang sedetik, atau sedetakan
Nampaknya memang tak ada yang mampu membuatnya berhenti maju

Umur yang terus berlalu
bertambah lurus terus
bersama jarum waktu
tak ada pula yang dapat berjalan balik ke arah masa lalu
atau mencoba istirahat dari kejaran detik yang berlarian
hingga satu persatu nanti
saatnya tiba

Hanya sebentuk puisi kita catatkan sebagai epitaf,
kenangan pada batu nisan

jasad-jasad akan pergi
waktu tetap akan terayun berlari, berlalu melaju
ingatlah,
kepada siapa kita akan siap kembali

sdj, 040518

Saturday, April 21, 2018

Tungku

Aku akan tertawa
ketika balok-balok kayu terbakar
di sekeliling bara mu yang nyala
serta mensyukuri hangat arang yang menghitam
Kita akan berkumpul kembali nanti malam
lalu berbagi cerita tentang beberapa asal-usul api
Hikayat purba rotasi bumi kepada matahari
api yang paling api,
berselimut jerebu asap
ditempa batu-batu tua
dibakar hangus kobaran rintih usia

Kemudian,
aku bakal mabuk
dalam teguk demi teguk kopi
pada ampas pekat yang menyimpan hikayat sejarah bumi
Hingga tak terasa waktu telah terjerang
dengan sempurna. Pada kobaran bara mu jua

Menemani mu bersama keretak kayu
membungkus rindu di rimbun api
merebus kesedihan menjadi puisi

sdj, 210418

Friday, April 13, 2018

Samudera Di Kampung Halaman

Pada pelupuk matamu,
samudera terbakar
kapal - kapal bersandar
sekoci mencari suar
     Dermaga jauh di teluk, di tengkuk
     penumpang riuh di hiruk pikuk

Cakrawala menyempit
menjadi liang dalam rongga di palka tubuhmu
peristiwa berhamburan
deras mengalir dari lubang gelap itu

     Aku penumpang mabuk
     tertunduk lesu di jeram jemu
     air laut asin menyerbu mataku
     air mataku deru tak tertahan ajuk
Mari kita pulang
ke kampung halaman kita bersama
pada bening pelupuk mata
Samudera hening terus menyala

sdj, 130418

Thursday, March 29, 2018

Tetirah

Kabut menebal
Udara menggumpal
Aku duduk diantara malam
dihantar oleh dingin yang bebal

Bulan diujung gunung
hampir turun purnama
Tepat diatas Sindoro - Sumbing
Bulan menyala - nyala

Telah kusungkurkan wajahku
dalam sekian masa
Sambil tetirah menunggu waktu
perjalanan pulang ke utara

prkn, 300318

Saturday, March 24, 2018

Pigura

Entah telah berapa adegan dipentaskan
pada gambar yang tersimpan dalam lekuk tubuhmu
Namun seluruh kenangan terjebak dinding kaca
tak mampu pergi. Terlanjur pudar pada
dadamu yang persegi
Kakimu tegak. dongak diatas meja tua
yang hampir seusia denganmu
     Kau tak mampu menolak ketika debu
     menebal perlahan. Menutup tipis senyuman
     adegan bahagia sekelompok manusia
     :sebuah keluarga

Mungkin kau musti mulai mengajari aku
tentang bagaimana berpose bahagia
Supaya air muka ku tak tampak terlalu muram
seperti kenangan yang terlanjur buram
Namun kau terlalu sibuk
memamerkan torso mu pada meja yang persegi
Ah, baiknya aku ganti foto saja lah!

sdj, 210318

Monday, February 19, 2018

Pelajaran Rumus Sajak

:AFK yg selalu cemburu

Aku tak pandai berhitung
ataupun menghapal persamaan matematika
Namun kali ini aku terpaksa menuliskan rumus kalkulus
serta deretan bilangan imajiner yang meratap
dalam sebuah sajak kaku
"Secara definisi, bilangan imajiner itu diperoleh dari menyelesaikan  persamaan kuadratik berikut ini.
x²+1 = 0 
secara ekuivalen akan menjadi x² = -1  atau sering dituliskan sebagai x=√-1"

Kalau puisi itu mengandung unsur molekul,
maka oksigen akan beremulsi dengan atom karbon,
lalu berakselerasi dengan kecepatan konstan
setara besaran massa zat cair yang biasa disebut "hujan".
Rumus nya adalah sebagai berikut:  
Sehingga, besaran molar suatu benda dapat terukur
dengan membandingkan kesepian dan suhu badanku yang berteriak menahan rindu tahunan

Hari ini aku hendak menggunakan pleonasme dengan takaran melebihi ukuran
supaya rasa masakan kalimat kali ini tak terasa hambar
seperti sajak ku yang biasanya
Agar tak terdengar bunyi cinta gadungan
atau sepicis roman recehan. Sebab rasa hambar yang itu-itu saja
pasti akan dicemburui olehmu
yang saat ini tengah hamil empat bulan

Mungkin kau tak dapat menyadari
betapa kompleks menulis puisi
Biarlah aku saja yang mengerjakan
PR rumit tata bahasa
     Yang perlu bersama kita pelajari
     dalam tugas belajar kelompok kita
     adalah: Rumus untuk selalu bahagia

sdj, 190218

Thursday, February 15, 2018

Lilin

Dalam gelap itu
kau tawarkan lidahmu padaku
sepotong api yang menggeletar menari
di ujung licin tubuh pucat putih lesi

Nyawamu diuntai seutas tali sumbu
Akar yang tertanam dan mengerak
sejak zaman hanya hitungan rangkak, berabad-abad lalu
tapal-tapal kuda perang
mengguncang debar peradaban
Barangsiapa membawamu dalam gulita malam,
maka tak akan tersesat sepanjang perjalanan

Aku tahu,
kau pasti berharap untuk tak pernah bertemu lampu,
supaya kami tak bosan-bosan
untuk selalu menyalakan sumbu
waktu malam turun menepi.
Atau, kau malah berdoa lampu cepat nyala kembali?
Agar kau tak habis mati
dikoyak lidah apimu sendiri

sdj, 150218

Monday, February 12, 2018

Putih Abu-abu

Kita kembali belajar menyimpul dasi dalam seragam putih abu-abu
Kemudian pergi mengikat tali sepatu sambil berpamitan kepada ibu
Kita hendak mengulang waktu
ke masa lalu yang teramat kita cintai
Ketika pena dan buku adalah kawan setia kita setiap pagi

Aku melihatmu dalam seragam sekolah mu yang dulu
Kita saling lirik
saling bertukar tatap dalam detik
Engkau tersipu
Aku mesti mengakui engkau tampak begitu cantik
Bagaimana aku sanggup menahan seluruh gaduh di sekujur tubuhku,
saat mata itu menemukan rumah baginya
untuk memeram rindu?

Oh,
Andai saja kita benar masih remaja
Hatiku hendak mengirim cokelat dan bunga kepadamu
Dan mungkin kita bisa jadi pengantin
di kelas drama
atau dalam tugas sajak bahasa Indonesia
(atau ditengah tidur lelap kita?
mungkin saja)

Sore
Dentang lonceng kembali
Kelas telah usai
Hatiku masih tertinggal

sdj, 120218

(Raker Area Cilacap 2018)

Saturday, February 10, 2018

Almari

Apakah engkau keberatan menyimpan lembar-lembar baju seperti kau kesusahan menyimpan kenangan-kenangan kusut milik ku?
Ruas-ruas tubuh mu yang di partisi, nampak sesak tak lega lagi
Ruang yang tak cukup tinggi itu penuh sesak dijejali rindu,
perasaan-perasaan keriput yg menolak ditata rapi,
serta jaket merah jambu yang bersikeras ingin menyendiri

Aku tak hendak menjadikan mu brankas besi yang ku isi uang perak perunggu
karena aku tahu, kau hanya sekotak kayu pohon mahoni
dipahat beberapa abad lalu
Maka, bersahabat lah dengan para kutu
Sebab bisa saja mereka lebih peduli
terhadap musim yang bergonta-ganti
Dan mereka pula yang bertugas jaga kompartemen dalam tubuh mu
sehingga baju dan pakaianku tak beku dimakan hari

Aku akan meletakkan mu di sudut kanan kamarku
berdiam dan berdoalah dengan khusyuk
Karena kain dan kenangan yang saat ini kau simpan
berebut keluar dari dada mu
     Dada mu?
     pada dada mu, seluruh gemuruh mendung berkumpul untuk disetrika

sdj, 110218

Tuesday, February 6, 2018

Kunci

Sungguh
Engkaulah pemegang kuasa
bagi sesiapa pun yang hendak singgah
atau menumpang tetirah
Melalui persetubuhan celah pintu dengan engkau , terciptalah: Rumah
Kau yakin sekali
bila tanpa rayuanmu kepada pintu
maka mereka akan tergeletak menggeletuk kedinginan
di selasar bersama lampu
Sebab itulah kau selalu bersyarat kepada
para pemilikmu, agar selalu berdzikir
sebelum menggoyangkan lencang batangmu
ke sela lubang gelap itu

Namun, malam ini aku ingin mengendap-endap
dan berusaha untuk tetap tak terlihat oleh matamu
Seperti seekor rubah, aku ingin menyelinap
di bawah hidungmu yang memerah
Engkau tak bergeming
saat ku koyak kemaluan pintu, serta ku remas gerendelnya didalam mulutku
Dari darah yang mengucur itu aku kibaskan ekorku hingga kebas
Kemudian kutinggalkan Rumah yang kebingungan tanpa arah
dendam pun tuntas terbalas
tangis pun tercurah

sdj, 070218

Thursday, January 25, 2018

Buka Puasa

Kepul asap mengerang di bibir cangkir
Suasana sekejap berubah menggala
Manis kafein mengantar sore kepada rembang senja

Lambung yang kian menggeletar
seharian sibuk puasa
Secangkir kopi adalah kamus lengkap untuk berbuka

sdj, 250118

Thursday, January 18, 2018

Aku Tak Perlu Mencemaskanmu

Aku tak perlu mencemaskanmu
sebab saban malam, aku bakal selalu
tengadah ke langit. Menyampaikan rinduku

Kita bakal berpisah dan bertemu
bagai malam dan siang. Berputar seperti itu
Kau biarkanlah saja
Jarak hanyalah untaian aspal jalan semata
Waktu hanyalah tik-tok jam dalam dinding kaca
     (Waktu seperti seorang kakek tua yang tak
     suka bergegas
     Ia bertahan, bersenang-senang dengan kenangan)

Apabila sore telah menua,
jangan alpa untuk selalu memanjatkan doa
bagi cerita kita
bagi si bocah kecil
Anak laki-laki yang tumbuh besar
kita merawatnya penuh sayang dan sabar

Aku tak perlu mencemaskanmu
kelambu malam akan selalu membungkus lelap kita jadi satu
Kita akan saling kembali
akan saling tunggu menunggui
sehingga tak terasa lagi lembab kasur
dingin tak tertahan sepanjang umur

sdj, 180118

Wednesday, January 17, 2018

Seperti Akar Pada Hatimu

Pada akar beruntai sungai
pada riak kecipak gelombang
ikan mengetuk pintu
pada dadamu

Pada kepak buih busa
suaramu meluncur ke angkasa
seperti huruf. Tegak.
melantunkan spasi dalam ruang
penuh bintang, penuh matahari, penuh planet-planet,
penuh perut-perut lapar didera
badai tiada jeda
pada tengkuk yang merinding
gelombang sungai meluncur jatuh
ke bimasakti yang sedang ku pegangi
ikan-ikan berdiri
menyaksikan nasib terpental keatas
melayang. Terpintal pada galaksi yang jauh

Kita bersama-sama menyaksikan waktu
sambil berbaring
pada tempat yang bernama entah apa
aduh!
betapa waktu adalah huruf-huruf lapar
yang merengek minta di nina bobo
sambil disusui
     susu itu, sejak kapan menyembul
     dari bidang dadamu?

Sekeping logam berdenting
di ujung ruangan tak berpintu
kita saling berpagut malam itu
saling berteduh di tepian
sungai kita masing-masing
pada licin kulitmu yang bening

Pada mata
segala hal bermuara
termasuk sekerat dosa
Namun pada bibirmu
hatiku tertambat sangat erat
terbelit seperti akar
pada hatimu

sdj, 130118