Kita hanya angka
Huruf - huruf data dalam lembar - lembar buku catatan mereka
Rencana - rencana besar yang selalu nyaris mereka eja dalam ratusan kampanye
Namun sebuah gambar pudar, yang hampir selalu misterius hilang, tenggelam dalam kemenangan. Mengabur seperti kenangan
Di kalimat ke berapa mereka mentasbihkan janji itu ?
Pada halaman ke berapa tertulis cerita - cerita manis itu ?
Sedang pena hitam hanya saksi bisu
Darah kelu kita yang masih saja lengar karena tangis sendu
Maka nikmatilah !
Nikmatilah kolom keberadaan kita saat ini, yang sering teracak di halaman berbeda - beda.
Serta tercampur oleh kepingan - kepingan logam yang mereka kumpulkan dari proyek - proyek elit tanpa asal - usul disana. Rahasia
Sering, kita berharap dapat ditulis dengan tinta merah putih. Sewarna darah dan tulang kita sendiri yang mendidih.
Terbakar terik matahari negeri, yang terlanjur marah kepada penguasa yang lemah.
Terus diam melihat anak - anak kita hitam legam dibawah kolong jalan. Lampu merah
Namun kita telah lupa cara berduka
Sudah terlalu lama
Semenjak warna bendera itu hanya berkibar pada upacara bendera saja
Sebuah merah putih hanya
Kita hanya catatan kaki
Di dalam kitab undang - undang negeri sendiri
Menunggu nasib baik, yang selalu kita percaya dalam sebuah sila
:keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
kbm, 180912