bahasa ini disusun, sebagai pengingat bagi kedua kaki tentang peta menuju rumah; bentang pemandangan yang akrab kukenal
Tuesday, March 8, 2011
Saturday, March 5, 2011
Nada Yang Terlampau Sepi
:aishiteru
Ragu kau mengangkat telepon
" Aku kehabisan nada dering " pikirmu
Waktu pun masih menunjukan pukul 6.20
Sepertinya memang suara dering yang barusan itu hanya terdengar selayaknya rintihan
Seperti gumam sepi yang masih berusaha kau isi
Dan dari dalam bilik matamu itu, malam masih tertinggal disana
Masih mencoba mendinginkan hangat suara
:Oh, ternyata sedari tadi, malam yang mencuri dering nada !
Aku ingin membangunkanmu
Menyeretmu keluar dari mimpi dan igau
Kau tahu ?
Sedari semalam aku terus membisu
Gelap malam mengajakku beradu nada dering-nada dering palsu
Kau tahu ?
Setelah malam menua dan pagi meninggi
Aku merasa semakin kehilangan hangat dering nada tubuhmu
kbm, 040311
06.41
Ragu kau mengangkat telepon
" Aku kehabisan nada dering " pikirmu
Waktu pun masih menunjukan pukul 6.20
Sepertinya memang suara dering yang barusan itu hanya terdengar selayaknya rintihan
Seperti gumam sepi yang masih berusaha kau isi
Dan dari dalam bilik matamu itu, malam masih tertinggal disana
Masih mencoba mendinginkan hangat suara
:Oh, ternyata sedari tadi, malam yang mencuri dering nada !
Aku ingin membangunkanmu
Menyeretmu keluar dari mimpi dan igau
Kau tahu ?
Sedari semalam aku terus membisu
Gelap malam mengajakku beradu nada dering-nada dering palsu
Kau tahu ?
Setelah malam menua dan pagi meninggi
Aku merasa semakin kehilangan hangat dering nada tubuhmu
kbm, 040311
06.41
Thursday, March 3, 2011
Seakan Pagi Dan Malam Abadi
:...seakan pagi dan malam abadi
(aishiteru)
Kemana aku harus menemukan pagi ?
Bila suatu saat nanti malam menjadi terlalu abadi
Dan yang sempat kau catat hanya sungut muka matahari ?
Jalan setapak itu, jalan berbatu itu..
Penuh sisa perkelahian malam dengan umurnya sendiri
Jalan yang biasa kau lalui, menuju lelap suara
Menuju rasa kantuk senja ( rasa ngilu tersebab sembab air mata )
Namun, seberapa rentakah malam mampu menemani dengkur tidurmu, Nona ?
*
Kemana aku harus menemukan malam ?
Bila suatu hari nanti pagi terlalu lama menjadi abadi
Dan engkau tak sempat mencatat berapa lama sudah hujan menggenangi danau di bening matamu
Jalan setapak itu, jalan rumput di tepi sungai itu
Senantiasa kau susuri, kau raba-raba sendiri
Jalan menuju kebun lebat warna-warni bunga
Kebun hangat warna-warni cahaya
( Rupa warna matahari, jalan setapak yang sepi )
Oh, seberapa tua pagi akan menjadi penunjuk jalanmu, Nona ?
smg, 270211
(aishiteru)
Kemana aku harus menemukan pagi ?
Bila suatu saat nanti malam menjadi terlalu abadi
Dan yang sempat kau catat hanya sungut muka matahari ?
Jalan setapak itu, jalan berbatu itu..
Penuh sisa perkelahian malam dengan umurnya sendiri
Jalan yang biasa kau lalui, menuju lelap suara
Menuju rasa kantuk senja ( rasa ngilu tersebab sembab air mata )
Namun, seberapa rentakah malam mampu menemani dengkur tidurmu, Nona ?
*
Kemana aku harus menemukan malam ?
Bila suatu hari nanti pagi terlalu lama menjadi abadi
Dan engkau tak sempat mencatat berapa lama sudah hujan menggenangi danau di bening matamu
Jalan setapak itu, jalan rumput di tepi sungai itu
Senantiasa kau susuri, kau raba-raba sendiri
Jalan menuju kebun lebat warna-warni bunga
Kebun hangat warna-warni cahaya
( Rupa warna matahari, jalan setapak yang sepi )
Oh, seberapa tua pagi akan menjadi penunjuk jalanmu, Nona ?
smg, 270211
Subscribe to:
Posts (Atom)