:...seakan pagi dan malam abadi
(aishiteru)
Kemana aku harus menemukan pagi ?
Bila suatu saat nanti malam menjadi terlalu abadi
Dan yang sempat kau catat hanya sungut muka matahari ?
Jalan setapak itu, jalan berbatu itu..
Penuh sisa perkelahian malam dengan umurnya sendiri
Jalan yang biasa kau lalui, menuju lelap suara
Menuju rasa kantuk senja ( rasa ngilu tersebab sembab air mata )
Namun, seberapa rentakah malam mampu menemani dengkur tidurmu, Nona ?
*
Kemana aku harus menemukan malam ?
Bila suatu hari nanti pagi terlalu lama menjadi abadi
Dan engkau tak sempat mencatat berapa lama sudah hujan menggenangi danau di bening matamu
Jalan setapak itu, jalan rumput di tepi sungai itu
Senantiasa kau susuri, kau raba-raba sendiri
Jalan menuju kebun lebat warna-warni bunga
Kebun hangat warna-warni cahaya
( Rupa warna matahari, jalan setapak yang sepi )
Oh, seberapa tua pagi akan menjadi penunjuk jalanmu, Nona ?
smg, 270211
No comments:
Post a Comment