Tiba - tiba gelap mendung datang
Sesegera harus aku nyalakan
lampu penerang
Sebelum kilat datang bersama dingin hujan
aku sendirian
Kalau waktu itu aku tak mengenalmu
mungkin aku tak perlu menyesal dalam - dalam
Sebab, segala hari tentang engkau dan aku
masih sering muncul berbentuk gumam
(pada saat seperti itu biasanya datang hujan)
Lalu aku akan sembunyi,
di gelap mendung hari
Dan aku yakin kau pasti hanya melihat keluar
jendela
menatap kelebat air yang membawa semua
kesedihanku dideras deraunya
Tiba - tiba hujan datang
Deras
Aku kedinginan
Sendirian
smg, 301011
bahasa ini disusun, sebagai pengingat bagi kedua kaki tentang peta menuju rumah; bentang pemandangan yang akrab kukenal
Sunday, October 30, 2011
Thursday, October 13, 2011
Kabar Dari Lapangan Voli
kepada: nomer 2
Jadi begitulah,
Pertemuanku dengan bulat bola,
sampai juga ke bulat matamu.
Matamu hitam ungu.
Tanganmu melambai.
Smash-mu yang jatuh tajam ke bidang lawan,
jatuh pula tepat di bidang dadaku,
di merah jantungku.
( tajam merah seperti senyummu simpul )
Jadi beginilah,
pertandingan sore itu seperti pindah
ke dalam tubuhku. Menggemuruh. Sorak Sorai.
Sepertinya riang tawamu pun ikut masuk,
tubuhku semakin ramai.
Dari sisi lapangan pertandingan,
aku menunggu juga di sisi hatimu.
kbm, 131011
Jadi begitulah,
Pertemuanku dengan bulat bola,
sampai juga ke bulat matamu.
Matamu hitam ungu.
Tanganmu melambai.
Smash-mu yang jatuh tajam ke bidang lawan,
jatuh pula tepat di bidang dadaku,
di merah jantungku.
( tajam merah seperti senyummu simpul )
Jadi beginilah,
pertandingan sore itu seperti pindah
ke dalam tubuhku. Menggemuruh. Sorak Sorai.
Sepertinya riang tawamu pun ikut masuk,
tubuhku semakin ramai.
Dari sisi lapangan pertandingan,
aku menunggu juga di sisi hatimu.
kbm, 131011
Thursday, October 6, 2011
Gigil
Kedinginan,
gigil ini menyebar ke penjuru dinding - dinding kamar
Hatimu berkakuan beku
Cahaya bulan dilahapi waktu
Sampai saat ini,
belumlah hilang satu perih luka,
berdiri sendirian di ujung kamarmu,
kedinginan..
Dalam dingin yang menjelma burung hantu,
terbang menabraki mati
Matanya putih pasi ( sepucat mata puisi )
Kau akan bertahan. Kau musti bertahan !
Karena ini hari jumat, betul keramat !
Harus kau nyalakan unggun api ini,
atau nanti kau digigiti dingin pagi
kbm, 131011
gigil ini menyebar ke penjuru dinding - dinding kamar
Hatimu berkakuan beku
Cahaya bulan dilahapi waktu
Sampai saat ini,
belumlah hilang satu perih luka,
berdiri sendirian di ujung kamarmu,
kedinginan..
Dalam dingin yang menjelma burung hantu,
terbang menabraki mati
Matanya putih pasi ( sepucat mata puisi )
Kau akan bertahan. Kau musti bertahan !
Karena ini hari jumat, betul keramat !
Harus kau nyalakan unggun api ini,
atau nanti kau digigiti dingin pagi
kbm, 131011
Tuesday, October 4, 2011
Demam
Sepanjang sore angin begitu pilu
Sepanjang sore itu tubuhmu dingin beku
Kau tampak kurus kuyu
Sembab terpilin dalam berlembar - lembar pola selimut
Dan seketika itu angin mulai berlagu
Tentang hujan serta pertemuannya dengan laut
Lalu mendung datang ( mendung juga pilu )
Angin kembali bertiup, kali ini menebalkan dingin kamarmu
"Oh hujan, aku berharap kau cepat sampai kembali ke laut!"
Dalam dingin kau mengigau
mengigau..
*
Sepanjang malam lagu hujan berputar
Sepanjang malam itu tubuhmu panas gemetar
Kau terlihat begitu letih
Menghadapi demam dan selimut - selimut itu sendirian hanya
Berteman lampu dan lagu sedih
Sambil membayangkan kamarmu bakal penuh cahaya
Namun suhu tubuhmu naik belum berhenti
Menghalangi redup di matamu, kali ini kamarmu menjadi panas tinggi
"Oh caya, mata inderaku selalu ingin kau datang kembali!
Dalam panas mimpi kau memburai
terburai..
kbm, 051011
Sepanjang sore itu tubuhmu dingin beku
Kau tampak kurus kuyu
Sembab terpilin dalam berlembar - lembar pola selimut
Dan seketika itu angin mulai berlagu
Tentang hujan serta pertemuannya dengan laut
Lalu mendung datang ( mendung juga pilu )
Angin kembali bertiup, kali ini menebalkan dingin kamarmu
"Oh hujan, aku berharap kau cepat sampai kembali ke laut!"
Dalam dingin kau mengigau
mengigau..
*
Sepanjang malam lagu hujan berputar
Sepanjang malam itu tubuhmu panas gemetar
Kau terlihat begitu letih
Menghadapi demam dan selimut - selimut itu sendirian hanya
Berteman lampu dan lagu sedih
Sambil membayangkan kamarmu bakal penuh cahaya
Namun suhu tubuhmu naik belum berhenti
Menghalangi redup di matamu, kali ini kamarmu menjadi panas tinggi
"Oh caya, mata inderaku selalu ingin kau datang kembali!
Dalam panas mimpi kau memburai
terburai..
kbm, 051011
Subscribe to:
Posts (Atom)