:eya
(i)
Siapa butuh masa depan
Aku tak butuh apapun karena arlojiku
sudah masa depan yang paling depan
Lukiskan saja aku (dan engkau) tentang kenangan
Tentang hujan, halte bus ataupun toko buku
Mungkin bangku taman sekolah yang resah
Kau pernah bercerita padaku tentang masa depan
Soal kapan telapak kaki kita menjadi malam
Dan ingatan, serta rindu yang tak bernama
Namun aku tak mau terlalu banyak masa depan
Karena aku tak bisa bertemu kenangan
Yang hampir saja selesai kau lukiskan
(ii)
Di tepi malam ini aku bertemu masa lalu
Saat itu arlojiku mati
Mungkin terbaring sebentar
setelah lelah mengeluarkan ribuan digit detik
Wajah masa lalu seperti kenangan
yang hampir saja selesai kau lukiskan
Masih tetap penuh dengan warna biru
Namun tampak lebih mentary daripada pagi
Bila hari ini telah selesai semua malam-malam yang kau ceritakan
Aku ingin beranjak ke senja saja
Tempat dulu pernah kita butakan mata, hati, kaki kita
telinga, dada, pagi, mati kita
Lalu kita hamburkan kata-kata agar angin menangkapnya
Ataupun jatuh ke debu bertemu apa yang aku dan engkau tak tahu
(iii)
Ketika arlojiku terbangun
Aku gagap dilahap senyap
Masa depan dan engkau telah selesai dilukis oleh masa lalu
Sama seperti sisa kata-kata kita yang jatuh ke debu
Yang aku dan engkau tak tahu
smg, 070309
20.55
No comments:
Post a Comment