Aku mendengar gempar dari dalam lukisan perang
Suara debar derap kuda samar-samar
digambar dengan tinta cokelat
menempel datar pada kanvas, seperti karat.
Suara debar derap kuda samar-samar
digambar dengan tinta cokelat
menempel datar pada kanvas, seperti karat.
Aku tak perlu mencintaimu
ketika lewat sesayat bekas lukamu saja,
telah cukup bagi lidahku untuk merasakan
sepi.
Mencecap suara sunyi. Berat tanpa bunyi
Saat jarimu ikut terlukis di medan perang
kau ikut tempur dengan garis dan lengkung, bukan?
ketika lewat sesayat bekas lukamu saja,
telah cukup bagi lidahku untuk merasakan
sepi.
Mencecap suara sunyi. Berat tanpa bunyi
Saat jarimu ikut terlukis di medan perang
kau ikut tempur dengan garis dan lengkung, bukan?
Bukit yang indah itu penuh darah,
sayang.
Padahal baru sekejap, telapak di kakiku memandang
semburat cahaya warna bulat
sepertinya itu gambar matahari
yang buru-buru ingin pergi
Biar perang cepat berhenti
Aku mencium getir ciut nyali
aroma kekalahan, luruh kelelahan
lalu gemuruh berjatuhan
seperti kesedihan.
Siapa korban? Siapa pahlawan?
Ku sentuh lukisan perang pelan-pelan
lewat mataku
kemudian punggungku terbakar. Rasa kemenangan
Dalam kamarku pemakaman
Ratapan
kbm-clp, 270216
No comments:
Post a Comment