bahasa ini disusun, sebagai pengingat bagi kedua kaki tentang peta menuju rumah; bentang pemandangan yang akrab kukenal
Saturday, November 12, 2016
Telah Ia Hilang
Friday, November 4, 2016
Pelaju
malam terlarut di pekat kabut
dalam sujud antara roda dan aspal jalan raya
bibirku berbisik. membisikkan doa kepada malam yang luas
kepada dingin yang turun lekas
apa yang melaju tapi bergeming?
apa yang terhenti namun melesat melengking?
adalah kalimat
sajak paling hikmat
kepada nya aku terus bertirakat
mengusir kantuk yang terlanjur memberat
pelajaran ini bernama perjalanan
bagi kaum ku: perantau bintang
besok pagi kami harus tetirah
sebagai sekawanan lebah
doa kami berterbangan ke penjuru angkasa
bertebaran ke bunga-bunga
penuh pheromon, licin meluap dengan manis cinta
ku tempuh seluruh dingin tebal ini
menyusuri kelam pagi
meluruhkan jalan sepi
membawa pulang hati sendiri
tmg, 051116
Tuesday, November 1, 2016
Adalah
pada luas pematang kami
Liar. Bagai ilalang
selalu tumbuh dan tumbuh
Hingga hati kami tak pernah bernas
sering cemas
Adalah gamang, yang selalu ditembang
pada luas selasar kami
Halaman rumah yang tak tertata rapi
Sumbang. Berkelontang
Kami simpan dalam rantang
rentang waktu yang menjemukan
Hingga mata kami tak pernah pejam
sering buram
sdj, 220616
Ingin
Sirna. Angin luka membisu
Dalam jalan panjang penuh kerikil batu
Batu? Bukankah jejak kaki
saja yang menghancurkan?
Ingin ku luruskan bengkok tulang
Ngilu. Daging mengerang membiru
Dalam jalan panjang penuh degil debu
Debu? Bukankah keras hati
saja yang mengacuhkan?
Ingin ku sirnakan ngilu
hancurkan?
acuhkan?
sdj, 210616