Telah ia sudahi lengking lolong birahi, pada ruang persegi itu, ia sendiri. Telah ia padami lentera bagi ritual terkutuk yang ia benci, yang rutin ia mulai saat terbenam hari. Kini kau tahu kenapa malam begitu membencinya, kan? Ia telah terbuang dan diasingkan dalam sebuah bentuk yang tak pernah ia kenal. Dan setelah segala rupa lenyap, maka ia tak mungkin lagi kembali ke rumah. Ataupun hanya untuk sekedar singgah di halaman masa kecilnya sambil memandang lanskap familiar, bentang pemandangan yang akrab ia kenal. Hanya dapat mengenang sulur-sulur serta akar, ia menangis sejadinya, sedalamnya, sesedunya. Pohon teduh. Pagar putih tempat ia bernaung kala terik menyambangi waktu tidur siangnya. Tak mungkin ia jumpai kembali setiap detil ingatan yang menenangkan. Ia telah hilang sangat dalam, begitu dalam, kedalam semua kebisingan dan kericuhan usia. Tak ada lagi peta yang memberi arah, tak ada lagi kompas yang menunjuk rumah.
Telah ia sudahi seluruh mimpi, ia sendiri.
seluruhnya nyeri.
sdj, 111216
No comments:
Post a Comment