Pada akar beruntai sungai
pada riak kecipak gelombang
ikan mengetuk pintu
pada dadamu
Pada kepak buih busa
suaramu meluncur ke angkasa
seperti huruf. Tegak.
melantunkan spasi dalam ruang
penuh bintang, penuh matahari, penuh planet-planet,
penuh perut-perut lapar didera
badai tiada jeda
pada tengkuk yang merinding
gelombang sungai meluncur jatuh
ke bimasakti yang sedang ku pegangi
ikan-ikan berdiri
menyaksikan nasib terpental keatas
melayang. Terpintal pada galaksi yang jauh
Kita bersama-sama menyaksikan waktu
sambil berbaring
pada tempat yang bernama entah apa
aduh!
betapa waktu adalah huruf-huruf lapar
yang merengek minta di nina bobo
sambil disusui
susu itu, sejak kapan menyembul
dari bidang dadamu?
Sekeping logam berdenting
di ujung ruangan tak berpintu
kita saling berpagut malam itu
saling berteduh di tepian
sungai kita masing-masing
pada licin kulitmu yang bening
Pada mata
segala hal bermuara
termasuk sekerat dosa
Namun pada bibirmu
hatiku tertambat sangat erat
terbelit seperti akar
pada hatimu
sdj, 130118
No comments:
Post a Comment