Betapa canggung kita mencoba saling eja
Engkau dengan kalimat-kalimat mu,
sementara aku membawa rindu
Kita berdua berdiri di depan pintu
namun tak jua melangkah masuk
Hanya kedua bibir kita saja yang bertemu
dalam keheningan penuh ajuk
Kemudian kita membaca gerimis yang turun tiba-tiba
sambil berlarian diterpa hujan tanda baca
Kita pun basah kuyup,
sedangkan gemuruh mendung terus bergelayut di puncak punggung kita
Air mengalir pada rumput dan batu-batu
membasahi hening matamu,
serta menggenang di bilik dadaku
Begitu deras hujan turun lekas
aku bersyukur sembab mataku jadi tak terlihat olehmu
Mari, kita main hujan sama-sama!
sdj, 310518
bahasa ini disusun, sebagai pengingat bagi kedua kaki tentang peta menuju rumah; bentang pemandangan yang akrab kukenal
Wednesday, May 30, 2018
Monday, May 7, 2018
Ladang Luka
Telah disusuri nya luas ladang
licin lumpur pematang
Tak bosan-bosan ia singsingkan
celana panjang. Supaya noda tanah
tak kering di kakinya
Betapa sabar ia menunggu
masa panen dalam terik kemarau
sambil bedoa agar hujan sudi
mampir. Semendung demi semendung
serintik demi serintik
mengirim ricik air, mendenyutkan kehidupan
Berharap benih membesar lekas
diayun tembang tangisan hujan
Ah!
Ladang luka,
perih tumbuh subur disana
dihinggapi haru yang menghijau
Kesedihan tak tertahan yang tertanam
di seluas pelupuk mata
Ah!
Pedih hati diketam duka
benih rasa yang menguning tua
Samsara sepanjang usia
sdj, 040518
licin lumpur pematang
Tak bosan-bosan ia singsingkan
celana panjang. Supaya noda tanah
tak kering di kakinya
Betapa sabar ia menunggu
masa panen dalam terik kemarau
sambil bedoa agar hujan sudi
mampir. Semendung demi semendung
serintik demi serintik
mengirim ricik air, mendenyutkan kehidupan
Berharap benih membesar lekas
diayun tembang tangisan hujan
Ah!
Ladang luka,
perih tumbuh subur disana
dihinggapi haru yang menghijau
Kesedihan tak tertahan yang tertanam
di seluas pelupuk mata
Ah!
Pedih hati diketam duka
benih rasa yang menguning tua
Samsara sepanjang usia
sdj, 040518
Mengingat
Waktu yang ditentukan hampir tiba
Bulan terbelah jadi dua
kita bolak-balik berlarian
dalam titik dan koma
Ingatkan aku,
ayat mana saja yang harus kubaca tiap senja
Akupun akan setia berpesan kepadamu
perihal surga dan neraka
(Nanti nya kita tinggal dimana?)
Ingatkan pula aku,
tentang subuh, dzuhur, ashar, maghrib, isya
sebagai gantinya, akan aku bangunkan engkau
saat malam tinggal tersisa sepertiga
Lalu kita akan bersama-sama mengambil air wudhu
dalam gigil dingin
Hingga dingin itu terserap sampai tulang kita
Dan kita tak lagi peduli,
terhadap dunia yang kita tinggali
Mari kita bersujud
meluruh ke keheningan paling ufuk
melepas lelah kita dari dunia yang sementara
Mari kita mengingat
untuk apa kita dicipta sesungguhnya
bukankah hanya untuk mengibadahi-Nya saja, bukan?
sdj, 010518
Bulan terbelah jadi dua
kita bolak-balik berlarian
dalam titik dan koma
Ingatkan aku,
ayat mana saja yang harus kubaca tiap senja
Akupun akan setia berpesan kepadamu
perihal surga dan neraka
(Nanti nya kita tinggal dimana?)
Ingatkan pula aku,
tentang subuh, dzuhur, ashar, maghrib, isya
sebagai gantinya, akan aku bangunkan engkau
saat malam tinggal tersisa sepertiga
Lalu kita akan bersama-sama mengambil air wudhu
dalam gigil dingin
Hingga dingin itu terserap sampai tulang kita
Dan kita tak lagi peduli,
terhadap dunia yang kita tinggali
Mari kita bersujud
meluruh ke keheningan paling ufuk
melepas lelah kita dari dunia yang sementara
Mari kita mengingat
untuk apa kita dicipta sesungguhnya
bukankah hanya untuk mengibadahi-Nya saja, bukan?
sdj, 010518
Friday, May 4, 2018
Waktu
Derak decit jam dinding membisikan waktu
lengan nya yang kurus terayun lurus terus
tak nampak hendak berhenti melaju
barang sedetik, atau sedetakan
Nampaknya memang tak ada yang mampu membuatnya berhenti maju
Umur yang terus berlalu
bertambah lurus terus
bersama jarum waktu
tak ada pula yang dapat berjalan balik ke arah masa lalu
atau mencoba istirahat dari kejaran detik yang berlarian
hingga satu persatu nanti
saatnya tiba
Hanya sebentuk puisi kita catatkan sebagai epitaf,
kenangan pada batu nisan
jasad-jasad akan pergi
waktu tetap akan terayun berlari, berlalu melaju
ingatlah,
kepada siapa kita akan siap kembali
sdj, 040518
lengan nya yang kurus terayun lurus terus
tak nampak hendak berhenti melaju
barang sedetik, atau sedetakan
Nampaknya memang tak ada yang mampu membuatnya berhenti maju
Umur yang terus berlalu
bertambah lurus terus
bersama jarum waktu
tak ada pula yang dapat berjalan balik ke arah masa lalu
atau mencoba istirahat dari kejaran detik yang berlarian
hingga satu persatu nanti
saatnya tiba
Hanya sebentuk puisi kita catatkan sebagai epitaf,
kenangan pada batu nisan
jasad-jasad akan pergi
waktu tetap akan terayun berlari, berlalu melaju
ingatlah,
kepada siapa kita akan siap kembali
sdj, 040518
Subscribe to:
Posts (Atom)