:eya
Aku terus berlatih menatap gambarmu
jadi jika suatu saat engkau sempat
mengirimkan selengkung senyum, aku sudah tak perlu lagi
mengukur jarak antara geletar dadaku, dengan manis aroma tepi pipimu
Kau tak pernah mengenakan gincu apapun,
atau parfum apapun. Kau tak perlu mengenakan
gaun katun atau sepatu merah marun,
sebab di matamu aku bisa menangkap
berbagai cahaya berbagai warna,
bahkan yang belum bernama sekalipun.
Kau tau? dalam waktu tujuh tahun tujuh malam
aku telah terserang racun yang kau semaikan
di padang ilalang hijau, luas dadaku.
Sehingga aku harus selalu mabuk kepayang saat berusaha memburu
sekelumit bayangmu. kau memaksaku menjadi pemburu
yang tersesat, jauh ke hutan hikayat.
Dengan hikmat kususuri punggung misteri dan rimbun
untai rambutmu, sampai jatuh aku ke serasah basah
tanda mata air dari air matamu.
Terang
Oh, betapa kau lihat benderang itu milikmu.
Seperti semua nyala lampu di alun - alun Reykjavik
mengantarkan apinya bagimu, menghidupkanmu.
Lalu dengan sekelumit senyum, kau kirim
cahaya - cahaya lampu itu melalui tepi pipimu yang begitu merah muda.
Kau tak lupa kan kalau aku ini pemburu?
Pemburu yang terlanjur mabuk kepayang mencecap
aroma manis bisa perawan.
Bila saja kau tak terbit pagi ini,
namamu tetap mentary,
dan akan tetap seperti itu aku mencintaimu.
kbm, 290511
No comments:
Post a Comment