Dingin. Bagai sebuah transaksi,
mataku selalu ingin kubeli sendiri.
Dengan mata uang yang kau kenali.
Nilai tukar yang tak mungkin tertukar lagi.
Seperti hatimu.
Beku.
Dari ingar pasar yang pecah dibalik punggungku,
pagi pecah menjadi beberapa keping recehan.
Malam bising, ribut berkemerincing.
Dan aku sempoyongan saat mencoba
mencari kios yang menjual dan melayani dengan
jujur.
Seperti saudara sekandung sebujur.
Aku tersesat dalam sebuah transaksi.
Begitu kedinginan.
Begitu berisik pasar ini, disibukkan dengan obral
obrolan - obrolan murah.
Dengan rayuan dan tipuan murah.
Dengan matamu yang setiap saat menipu,
atau hatimu yang kau tawarkan, yang asli dan yang
palsu.
Lalu aku segera tahu, bahwa menjadi pembeli
bisa berarti siap merugi !
Dari kedalaman pasar itu aku ingin pergi. Lari !
Dan membeli waktu dengan harga pasti.
Tak seperti senyummu yang dingin pasi.
kbm, 141211
2 comments:
puisi yang keren.
~salam
terimakasih telah mampir disini, Ayu :)
salam kembali
Post a Comment