/1/
Kau masih berdiri, sayang
menatap se bait puisi
Dalam sebuah kamar, sebuah bayang
Kau mengarsir ruang. Sepi.
"Bukankah kau telah pergi ?" kau bertanya padaku
"Kapan kau datang ? Aku sudah terjaga" jawabku
Lalu kita bersama - sama menempelkan malam
di halaman ke berapa buku itu
Kau ragu - ragu, sebab malam
tak terbiasa menjemputmu dan kedua belah tanganmu
/2/
Kau telah tidur. Tidak
barangkali kau hanya sedang tepekur
aku hampir saja merobek halaman itu
saat mendengarmu mendengkur
Aku melanjutkan diri
tetirah di sehalaman puisi
memanjatkan doa sebagaimana mestinya
Supaya nanti semesta berdongeng cerita
tentang si kancil dan penyair
/3/
"Engkau tak sedang melirik waktu, kan ?"
tiba - tiba kau bertanya padaku. Kau begitu
mencintai waktu, sayang. Aku tahu.
Lalu, kata apa yang paling kau benci ?
yang kau tak mau jadikan puisi
Aku memilih diam
Suasana yang kelam
Halaman buku semakin gelap seperti malam
Lalu, maukah kau menuliskan
kata itu di penghujung puisimu ?
kemudian,
kbm, 220813
No comments:
Post a Comment