Ia terus berupaya menyusuri setapak berliku tersebut sendiri, meskipun rembang senja semakin terlihat rapuh di ufuk hari. Betapa lama malam sudah berlalu sejak ia di tahniah oleh kaum rumput serta batu-batu. Mampukah sesuatu menyelamatkannya dari keterasingan selain sehelai daun bunga kertas itu? Lengkung matahari pun sebenarnya telah membuatnya sangat kesulitan dan hanya kepada bayang-bayang badannya saja ia sanggup mengaduh: "Demikian juga lah tungkai kakimu harus kau bebaskan, bagi kupu-kupu bersayap hujan". Kini perhatikanlah, gambar besar dengan warna-warna terang ini, bacalah sebagai kidung agung pengantar tidur. Sebab, tak akan selamanya perjalanan tergores sebaris luka di persimpangan.
kry, 190623
No comments:
Post a Comment